TEKNIS BUDIDAYA IKAN NILA DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA
IKAN NILA merupakan jenis ikan konsumsi yang hidup di air
tawar. Ikan nila ini cenderung sangat mudah dikembangbiakkan serta sangat mudah
dipasarkan karena merupakan salah satu jenis iklan yang paling sering
dikonsumsi sehari-hari. Dengan teknik dan cara budidaya ikan nila yang sangat
mudah, serta pemasarannya yang cukup luas, menjadikan budidaya ikan nila ini
sebagai peluang usaha yang bagus untuk didilakukan, baik skala rumah tangga
maupun skala besar. Didukung aplikasi produk PT NATURAL NUASANTARA seperti
TON (pupuk khusus perikanan), POC NASA + VITERNA dan HORMONIK yang telah banyak dibuktikan keunggulannya oleh para
petani pada budidaya ikan nila. Produk Nasa tersebut mampu meningkatkan
produktivitas budidaya ikan nila serta mampu mempercepat masa panen.
Berikut ini adalah cara budidaya ikan nila dengan dukungan Produk PT NATURAL NUSANTARA untuk
mempercepat masa panen. Cara budidaya ikan nila berikut ini meliputi kegiatan
pembenihan ikan nila dan pembesaran ikan nila.
A. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kolam. Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara
lain:
Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan. Kolam ini berfungsi sebagai kolam
pemijahan. Kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi
dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah
suhu air berkisar antara 20-22 derajat C, kedalaman air 40-60 cm, dasar
kolam sebaiknya berpasir.
Kolam pemeliharaan benih atau kolam pendederan. Luas kolam tidak lebih dari
50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya
5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan atau
ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
Kolam pembesaran. Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara
dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Ada kalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
Kolam pembesaran tahap pertama berfungsi untuk memelihara
benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara
2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap
pertama ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini
memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih
memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera Petani.
Kolam pembesaran tahap kedua berfungsi untuk memelihara
benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba
apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran
pembesaran tahap kedua sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
Kolam pembesaran tahap ketiga berfungsi untuk membesarkan
benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter
persegi.
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran
1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat
disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan
dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila.
Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air
sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1- 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya
adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk
menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai
ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta
piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan
lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba
kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat
penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk
penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,
ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya=
scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segi empat (untuk
menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam
menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah :
Pengeringan kolam selama beberapa hari. Lalu dilakukan
pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter
persegi.
Pemupukan dengan Pupuk Organik Nasa yang berupa TON + Pupuk
makro, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi.
B. Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut :
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan
kwalitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang
relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram
lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan. Adapun ciri-ciri untuk membedakan
induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut :
a. Betina
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang
pengeluaran telur dan lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
Warna perut lebih putih.
Warna dagu putih.
Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan
Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan
lubang sperma merangkap lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya,
kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat
pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk
dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka
dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih
jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat
daripada ikan nila betina.
Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
Secara manual (dipilih)
Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
Merangsang perubahan seks dengan hormon
Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
Perendaman
Perlakuan hormon melalui pakan
2. Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan
burayak (anak ikan).
Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang
lebih besar.
Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang
berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih.
Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut “benih kebul”. Benih
yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga
putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di
kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan
benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan
kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan
kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang
benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut
gelondongan besar.
3.Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam
dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul
sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi
kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada
pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Dan untuk selanjutnya adalah :
a. Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur.
Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan
oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap
daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan
dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul
dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha.
Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga
dapat mencegah serangan penyakit.
Selanjutnya kolam diberi pupuk organik Nasa yang berupa TON dengan di tambahkan
Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan
dengan dicampur terlebih dahulu dengan TON tadi lalu ditebarkan merata di dasar
kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar
terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima
air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm, lalu masukkan Produk Nasa yang
berupa POC NASA kedalam kolam dan diamkan selama 2 hari 2 malam . Setelah
itu, air kolam tersebut ditebari benih ikan nila. Pada saat itu fitoplankton
mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning
kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang
berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan
sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm.
b . Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun
binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan
chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Untuk pakan
tambahan bisa juga di tambahkan pakan buatan yang berupa pelet dengan ukuran
kecil yang bisa di makan oleh bibit ikan tersebut.Jangan lupa di campurkan
dengan produk nasa yang berupa
Viterna ,Poc Nasa dan Hormonik ke dalam pelet tersebut. Boleh juga diberi makan
tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla) dlsb.
Cara pakai:
Viterna ,Poc Nasa dan Hormonik digunakan sebagai suplemen campuran pakan
ikan. Campur jadi satu wadah, 1 botol VITERNA 500 cc + 1 botol HORMONIK
100 cc + poc NASA 500cc. Kemudian ambil 1 tutup (10 cc)tambahkan air secukupnya
kemudian campur dengan 2,5 Kg pakan apa saja.angin-anginkan dulu biar meresap
baru di berikan ke ikan.
Manfaat Viterna ,Poc Nasa dan Hormonik
Viterna Plus menggunakan teknologi asam amino yang
diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh ikan, yaitu dengan meneliti
berbagai nutrisi yang dibutuhkan ikan.
POC NASA yang mengandung berbagai mineral penting
untuk pertumbuhan ikan, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta
dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan bobot
harian ikan, meningkatkan ketahanan tubuh ikan, mengurangi kadar kolesterol
daging. Sedangkan
HORMONIK lebih berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh
bagi ikan. Di mana formula ini akan sangat membantu meningkatkan pertumbuhan
ikan secara keseluruhan.
c. Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat
pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan
permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang
berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu :
a) Sistem ekstensif (teknologi sederhana)
Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang.
Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar.
Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam
yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk
konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini
telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan
makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil
kelapa dll.).
Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen
sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan,
karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan
benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10
ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi
sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam
menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.
b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan
di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam
sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi
2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara
rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena
bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil
ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang
dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar.
Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara
monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem
tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila
betina.
Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama
ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan
lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat
menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
c) Sistem intensif (teknologi maju)
Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern.
Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang
baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat
kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan
lebih.
Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan
saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa
pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan sebaiknya
dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu.
Untuk pakan buatan yang berupa pelet jangan lupa di campurkan dengan
produk nasa yang berupa Viterna + POC Nasa + Hormonik ke dalam pelet tersebut.
perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.
4. Pemanenan
Setelah masa pemeliharaan 4 – 6 bulan, Ikan Nila dapat
dipanen. Pada saat panen total ukuran ikan bervariasi di atas 50 gram/ ekor.
Sistem pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap,
dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan
menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
Teknik memanen yang paling mudah dan murah dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara
keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan
memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.
Selama panen air segar perlu dialirkan ke dalam kolam untuk
mencegah agar ikan tidak banyak yang mati. Ikan akan berkumpul di bak-bak
(kubangan) penangkapan atau dalam saluran, kemudian diserok/ditangkap.
Setelah panen selesai, kolam pemeliharaan dikeringkan dan
dilakukan persiapan kembali untuk pemeliharaan berikutnya
Contact Person :
Distributor Pusat PT NATURAL NUSANTARA
Hendy Susanto
XL 0877-4977-9087
IND 0857-9930-0051
TELKOMSEL 0813-7254-3994
Pin BBM 7FEEDB79
SALAM SUKSES